Kamis, 29 Juli 2010

Dukung dan Doakan rencana PGPI (Persekutuan Gereja-Gereja Pentakosta Indonesia) Kota Surabaya, akan mengadakan The Miracle's of Pentecost yang dilaksanakan pada Juni 2011.

Jumat, 08 Januari 2010

Hubungi kami, jika anda butuh!

Apakah Anda seorang pengkhotbah, pengajar, dan sebagainya untuk menambah pengetahuan Alkitab, tafsiran dan kata-kata penting dalam bahasa yunani - ibrani dan sebagainya. Anda dapat menghubungi kami dan kami akan memberikannya kepada Anda. Anda hanya dapat memberikan nama - alamat saudara dan uang ganti CD + biaya pengiriman.
kami menyediakan Software Alkitab PSCB Versi 5, Bible Works Versi 5, 6, 7 , e-sword, NIV Study Bible dan sebagainya.
Tuhan memberkati.

NATAL PGPI Kota Surabaya

Natal dalam wadah Persekutuan Gereja-Gereja Pentakosta Indonesia Kota Surabaya yang pertama kali diadakan di GTI Bukit Zion dan dihadiri ratusan jemaat dari Gereja-Gereja dalam wadah PGPI Kota Surabaya, bukan hanya itu saja Natal tersebut dihadiri oleh Para Pelayan-Pelayan Tuhan dalam wadah PGPI. Natal PGPI Kota Surabaya ini dihadiri oleh perwakilan dari Pemerintah Kota Surabaya, termasuk Walikota Surabaya (Bambang DH., M.Pd.) diwakilkan oleh utusannya dan Bimas Kristen Departemen Agama dari keduanya memberi kata Sambutan. Thema Natal PGPI Kota Surabaya "Disatukan dalam kesatuan" dan yang melayani firman Tuhan: Pdt. Noch Mandey., MA (GPdI Rungkut)

Sabtu, 31 Oktober 2009

Sejarah Singkat PGPI

Persekutuan Gereja-Gereja Pentakosta Indonesiadisingkat PGPI, adalah persatuan sinode-sinode gereja aliran Pentakosta (Pantekosta) yang dahulu namanya DPI (Dewan Pantekosta Indonesia). Pada tahun 1925, pertama diadakan Konferensi Pantekosta untuk mempersatukan pendeta-pendeta aliran Pantekosta. Tahun 1935, Sekolah Alkitab pertama didirikan dan diberi nama BIJBEL INSTITUT IN NEDERLANSCH OOSTINDIE (NIBI) di Jl. Embong Malang - Surabaya, oleh keluarga Rev. W. W. Peterson dan Pdt. F. G. Van Gessel yang telah banyak mendidik hamba-hamba Tuhan menjadi pendeta yang menyebar ke seluruh Nusantara.
Pada tahun 1955, hamba-hamba Tuhan aliran Pantekosta membentuk PAPSI (Persatuan Antar Pendeta-Pendeta Seluruh Indonesia). Kemduian terbentuk DKGKPSI (Dewan Kerjasama Gereja-Gereja Kristus Pantekosta Seluruh Indonesia), kemudian lahir lagi PPI (Persatuan Pantekosta Indonesia). Menjelang Pemilu 1971, di Surabaya berdiri PUKRIP (Persatuan Umat Kristen Pantekosta), kemudian berubah nama menjadi Persekutuan Umat Kristen Pancasila. pada tanggal 28 Agustus - 3 September 1979 di Jakarta DKGKPSI dengan PPI sepakat untuk bergabung menjadi satu, didukung dan direstui oleh pemerintah RI dalam Musyawarah Besar Penyatuan pada tanggal 14 September 1979 bertempat di Gedung Wanita Jl. Kalibokor - Surabaya, maka terbentuklah DEWAN PANTEKOSTA INDONESIA yang disingkat DPI. Pengakuan resmi Pemerintah SK. Dirjen Bimbingan Masyarakat Kristen (Protestan) Depag No. 176 Thn 1990 Tgl. 15 Oktober 1990 Akte Notaris No. 42 Tgl. 19 Mei 1987 Notaris LENNY BUDIMAN., SH di Jakarta, yang diperbaharui dengan Akte Notaris Daniel P. Marpaung., SH., MH No. 179, Tgl. 31 Maret 2008. Kemudian pada tanggal 22 Oktober 1998 berdasarkan Keputusan MUBES ke IV di Ciparua - Bogor, DPI berubah nama menjadi PGPI (Persekutuan Gereja-Gereja Pentakosta Indonesia). PGPI dinyatakan sebagai organisasi gerejawi mewakili aspirasi umat Kristen Pantekosta di Indonesia yang sejajar dengan PGI (Persekutuan gereja-Gereja Indonesia) dan PGLII (Persekutuan Gereja-Gereja Lembaga Injili Indonesia). Tiga Organisasi Aras Nasional ini telah menyelenggarakan MUBES ke 4 kali. rakernas PGPI pada tanggal 8-10 April 2008 di Graha GBI Cempaka Putih - Jakarta, PGPI telah beranggotakan 77 Sinode gereja aliran Pentakosta dan memutuskan akan menyelnggarakan MUBES ke V pada bulan Nopember 2008.
PGPI Propinsi Jawa Timur beranggotakan 28 Sinode tingkat Daerah Propinsi dan telah menyelenggarakan Musda sebanyak 5 kali :
~ Musda I di Mojokerto, Tanggal 14 - 16 Mei 1984,
~ Musda II di GPT Batu, Tanggal 30-31 Januari 1989,
~ Musda III di Graha STESIA - Surabaya, Tanggal 10-12 Oktober 1994,
~ Musda IV di GTI Bukit Zaitun - Surabaya, Tanggal 01-02 Desember 1999,
~ Musda V di Graha STII - Surabaya, Tanggal 15-16 Nopember 2007.


(disusun oleh Pdt. Charles Simamora., S.Th., MA; Sekarang menjabat sebagai Ketua PGPI Jawa Timur, Dosen di Sekolah Tinggi Alkitab GPdI Batu - Malang, Gembala Sidang GPdI Jl. Kedung Cowek - Surabaya)

SEJARAH PERJALANAN PELAYANAN PARA PENDIRI GEREJA PANTEKOSTA DI INDONESIA

Pada tanggal 4 Januari 1921, empat orang mantan perwira Bala Keselamatan, yaitu Richard Dick, Christine Van Klaverans dan Cornelius Groesbeek beserta putra-putri mereka Jennie (12,5 tahun) dan Corie Groesbeek, warga negara Amerika keturunan Belanda berangkat dari Seattle ke Indonesia dengan kapal laut “SUAMARU” ke Yokohama, Osaka, singgah di Cina,setelah itu mereka ke pulau Jawa - Indonesia.
Tanggal 23 Pebruari 1921, mereka tiba di Batavia (Jakarta), dari Jakarta melalui Mojokerto, Surabaya, Banyuwangi dan dengan kapal VARKENBOOT mereka tiba di Singaraja - Bali, pada bulan Maret 1921. Kemudian mereka menginap di Denpasar dalam sebuah Gedung Kopra dengan lantai batu bata yang telah dihancurkan dan atap terbuat dari rumbia.
Letak Gudang ini berada pada suatu Taman yang berseberangan dengan pura Hindu. Gudangnya hanya sebuah rungan empat persegi dimana sebagian ruangan disekat untuk dijadikan 3 kamar tidur. Satu untuk suami istri Groesbeek, satu untuk keluarga Van Klaveren dan satu lagi untuk Jennie dan Corrie. Sisanya merupakan sebuah ruangan besar yang luas, yang berfungsi sebagai ruang tinggal (Living Room), ruang makan maupun sebagai dapur, juga terdapat sebuah kamar mandi.
Dengan penuh kesulitan, mereka mulai menabur benih Injil Sepenuh dari rumah ke rumah. Mereka dengan sepeda mengunjungi desa-desa, berhenti untuk bercakap-cakap dengan penduduk dan menanyakan apakah ada yang sakit. Bila ada, mereka didoakan dan Tuhan menyembuhkan mereka. Mula-mula Tuhan bekerja dengan cara demikian. Orang-orang yang beragama Protestan belum pernah mendengar penyembuhan dengan cara ini atau tentang baptisan air dan kepenuhan Roh Kudus.
Banyak orang-orang yang menpunyai luka bernanah, datang ke rumah mereka, mereka menyobek seprei-seprei lama menjadi semacam perban dan digunakan untuk membalut luka-luka mereka. Di kemudian hari, diketahui bahwa mereka menderita penyakit kusta. Mereka semua didoakan. Karena begitu banyak orang yang datang ke rumah untuk mohon didoakan dan menerima kesembuhan, maka penduduk setempat bermaksud jahat terhadap mereka.
Di depan rumah tersebut terdapat sebuah pagar kecil dan selokan sepanjang jalan. Di atas selokan terdapat sebuah jembatan kecil yang menuju rumah. Hari berikutnya penduduk Bali menceritakan tentang rencana jahat itu terhadap mereka. Mereka tidak dapat melaksanakan rencana tersebut karena mereka melihat malaikat-malaikat yang berdiri di pintu gerbang rumah. Tuhan telah membela mereka.
Apa yang mereka kerjakan disana juga telah mengundang reaksi keras imam-imam Hindu. Hal ini mendorong Pemerintah Belanda melarang hamba Tuhan ini menetap dan menginjil di Bali dengan alasan takut merusak kebudayaan asli penduduk Bali. Seringkali mereka mengirim agen-agen dari dinas rahasia untuk memata-matai selama kebaktian berlangsung, karena mereka menyangka bahwa mereka adalah orang Bolsjewik. Mereka senang bahwa dengan jalan demikian mereka dapat mendengar kabar Injil.
Keluarga Van Klaveren harus meninggalkan Bali dalam waktu 3 hari. Karenanya, setelah sekitar 21 bulan berada di Bali, ketika menjelang Hari Natal tahun 1922. Kedua kelaurga ini berangkat ke Surabaya, kemudian keluarga Rev. Richard Van Klaverens menuju ke Batavia. Di Surabaya, Rev. Cornelius E. Groesbeek berkenalan dengan Ny. Wijnen yang mempunyai seorang keponakan yang bekerja di BPM Cepu (Shell), bernama F. G. Van Gessel. Dengan Perantaraan Ny. Wijnen yang telah menerima kesembuhan Ilahi lewat pelayanan Rev. Cornelius E. Groesbeek, maka Sdr. Vand Gessel dapat berjumpa dan berkenalan dengan beliau.
Sdr. Van Gessel menyambut hangat Rev. Groesbeek karena memang telah lama dia ingin lebih mengerti dan mendalami Injil yang selama ini dibacanya. Berita Pantekosta disambutnya dengan penuh sukacita, lalu pada bulan Januari 1923 dimulailah kebaktian Pantekosta yang pertama di Deterdink Boulevard, Cepu. F. G. Van Gessel dengan istri, pegawai tinggi BPM memiliki gaji F 800 (800 Gulden), bertobat dan menerima Injil Sepenuh. Kebaktian itu berlangsung terus dengan baik dan jumlah pengunjung bertambah hingga mencapai 50 orang.
Kebaktian di Cepu ini mengalami tantangan keras. Merka diejek, diolok dan dituduh sebagai aliran yang menyesatkan. Ds. Hoekendijk menegaskan bahwa kebaiktian Pantekosta yang di Cepu dan mujizat yang terjadi di dalamnya berasal dari Setan. namun demikian, Tuhan bekerja luar biasa. Tiga bulan kemudian pada tanggal 30 Maret 1923 terjadi suatu peristiwa penting yang menjadi salah satu tonggak sejarah Gereja Pantekosta di Indonesia. Benih Injil Sepenuh yang ditabur dengan linangan air mata sejak Maret 1921 di Bali, mengeluarkan buah pertama dengan diadakannya baptisan air di Pasar Sore Cepu dan jumlah yang dibaptis sebanyak 13 orang. Baptisan ini dilakukan oleh Rev. Cornelius E. Groesbeek dan dibantu oleh Rev. J. Thiessen, seorang misionaris dari Belanda. Di antara 13 orang itu terdapat suami Istri F. G. Van Gessel, suami istri S.I.P. Lumoindong dan Sdr. Agust Kops.
Antara tahun 1923-1928, jemaat di Cepu menghasilkan tidak kurang dari 16 hamba Tuhan yang menjadi pioner-pioner Gereja Panekosta di Indonesia dan kemudian menyebar ke Sumatra, Jawa, Sulawesi dan Maluku. Diantara mereka adalah F. G. van Gessel, S.I.P. Lumoindong, W. mamahit, Hessel Nogi Runkat, Effraim Lesnussa, Frans Silooy, R. O. Mangindaan, Arie Elnandus Siwi, Julianus Repi, Alexius Tambuwun, G. A. Yokom dan J. Lumenta.
Pada tanggal 19 Maret 1923, berdirilah Vereeniging De Pinkstergemeente in Nederlandsch Oost Indie yang berkedudukan di Bandung dengan susunan pengurus sebagai berikut : Ketua:Pdt. D.H.W. Weenink, Van Loon, Sekretaris : Pdt. Paulus, Bendahara: Pdt. G. Droop. Dan pada tanggal 30 Maret 1923, badan tersebut mendapat SK Gubernur Hindia Belanda dengan Badan Hukum No. 2924, tertanggal 4 Juni 1924 di Cipanas, Jawa Barat, serta diakui sebagai Kerkgenootscap (Badan Gereja) dengan Beslit No. 33, Staatblad No. 368. Perkembangan selanjutnya, gerakan ini dengan cepat menyebar dari Surabaya ke seluruh Jawa Timur, Sumatera Utara, Minahasa, Maluku dan Irian.di adalah daerah Kristen, karena mayoritas penduduknya beragama Kristen. Gereja Masehi Injil Minahasa (GMIM) adalah gereja terbesar diseluruh pelosok Minahasa. Namun Injil sepenuh melalui Pinksterkerk (sekarang GPdI) kemudian masuk menembus pelayanan di daerah ini. Kedatangan mereka telah diketahui terlebih dahulu oleh beberapa anak Tuhan karena Tuhan telah memberitahukan kedatangan mereka melalui nubuat yang diucapkan oleh Sdr. D. Kalangi. tanggal 14 Maret 1929, mereka tiba di Langowan dan diterima dengan sukacita oleh Keluarga W. Saerang.
Langowan sebuah kota kecamatan mendapat kehormatan Injil Sepenuh melalui pemberitaan Pinksterkerk. Kebaktian perdana dihadiri oleh 40 orang. Tuhan bekerja dengan heran. Sdr. W. Saerang mendapat kepercayaan Tuhan karena Injil Pantekosta diberitakan dirumahnya. Pada kesempatan itu Sdr. Alexius Tambuwun pulang ke kampung halamannya di Tambelang dan Sdr. Julianus Repi ke Ranomea, maka masing-masing tempat tersebut mereka juga memberitakan Injil Sepenuh. Pada Tanggal 1 Desember 1929 diadakan baptisan air perdana bagi mereka yang telah percaya Kristus sebagai Juru Selamat pribadinya. Baptisan Air ini diikuti oleh 42 orang yang terdiri dari 14 orang dari langowan dan 28 orang dari Ranomea - Amurang. 8 Nopember 1929, Keluarga J. Lumenta tiba dari Surabayadan mendarat di Pelabuhan Amurang, dan pada bulan yang sama tiba pula Sdr. E. Lesnussa dan pada awal tahun 1930 datang pula hamba Tuhan Keluarga Albert Jocom. Barisan utusan-utusan Allah untuk pemberitaan Injil di Sulawesi Utara menjadi kuat. Mereka menyebar ke berbagai pelosok Minahasa dan memberitakan Injil dalam kuasa dan urapan Roh Kudus. Tahun 1933 datang pula Pdt. Runtuwailan dan Sdr. L.A. Pandelaki ke Sulawesi Utara untuk memperkuat barisan hamba-hamba Allah.
Pada tahun 1930, tiga dara dari Seattle memenuhi panggilan Tuhan menjadi penginjil di daerah Jawa dan Kalimantan. gadis-gadis muda ini adalah Inice Presho, Iris Bowe dan Eileen English. Setelah beberapa saat di Magelang, kemudian mereka melayani kebaktian rumah-ke rumah di Solo. Inice Presho kemudian mengadakan pelayanan di Surabaya. Juga di tahun 1931, Louis Johnson dan Arland Wasell berlayar dari Bethel temple dan melayani di Kalimantan, mereka menyeberangi banyak sungai-sungai besar menuju ke pedalaman dari pulau tersebut melebihi dari penginjil-penginjil lain yang pernah lakukan sebelumnya. Tapi akhirnya mereka terpaksa kembali ke Jawa karena Arland Wasell sakit malaria, dan Inice Presho yang memang juru rawat mengasuhnya. Arland hampir tidak mampu sampai ke rumah karena lelahnya perjalanan dengan kereta api dari Surabaya. Ouis Johnson ternyata mengadakan hubungan dengan Eileen English dan bertunangan pada hari Valentin di tahun 1933, yang kemudian diteruskan dengan pernikahan di Magelang dan pesta diadakan di Solo. Corrie Groesbeek memainkan piano untuk acara yang berbahagia tersebut.
Pelayanan Keluarga Groesbeek periode ke 2 berlangsung selama 8 tahun, yaitu Agustus 1930 sampai Oktober 1938. Keluarga Groesbeek kembali ke rumah mereka pada tahun 1926 dan kembali ke pulau Jawa untuk perjalanan yang kedua di tahun 1930. (jf-pn)


Artikel ini diambil dari beberapa sumber buku dan pengolahan data, misalnya:
1. Yerusalem:  Kota dan Darah, oleh Pdt. DR. Nicky Sumual (Gembala Sidang GPdI di Sario - Manado dan Rektor ITSI Manado),
2. Sejarah Pergerakan Pentakosta, oleh Pdt. Dr. Steven Talumewo., M.Th (mantan Dosen STT Bethany)
3. Retak atau Pecah: Kasatuan Pentekosta, oleh Prof. Dr. Kelth Warrington,D.D. (diterjemahkan Nopember 2008)
4. Beberapa cerita lisan dari beberapa Pendeta Senior GPdI, misalnya:
~ Pdt. Emmy Rundengan - Tenzer (Gembala Sidang GPdI Jl. Kasuari 2 - Denpasar, Ketua Penasehat MD GPdI Bali),
~ Pdt. Dolfie Memah (Gembala Sidang GPdI Tabanan , Ketua MD GPdI Bali),
~ Pdt. JMP Batubara (Gembala Sidang GPdI Jl. Rajawali 92 - Surabaya)
~ Pdt. Benyamin Manoah (Gembala Sidang GPdI Jl. Kapasari - Surabaya)
~ Pdt. Christoffel A da Costa (Wakil Gembala Sidang Gereja Bethany - Surabaya)
~ Pendeta-pendeta yang lainnya.
SUSUNAN PENGURUS
PGPI KOTA SURABAYA

Pensahat: Pdt. B. Pasaribu, Pdt. Yefta Hadi Sugianto., M.Th
Ketua: Pdt. Elia Bambang Djulianto
Wakil Ketua: Pdt. Richardo Nainggolan., S.Th, Pdt. Jonathan D. Sinambela., SH
Sekretaris: Pnt. Abraham Sudarwahyono, Pdp. Joas Fenny J. Rundengan
Bendahara: pdt. Yohanes Kasan Munawar, Pdp. Theresia

Bidang - Bidang
Humas: Pdt. Octavianus Siswanto., SH, Pdm. Welly D. Wantania, Pdp. Y. Sumadi
Litbang: Pdt. Abraham., S.Th, Pdm. Jupiter Cornelius,
Penginjilan: Pdt. Efrat Waworuntu, Pdt. Yusak Lasimo, Pdt. Effendy Soesilo., B.Min
Infokom: Pdm. Yosia Medisen Manulang, Pdp. Yusak Mulyono., S.Pd
Doa: Pdt. Frans Lintang, Pdt. Immanuel Soebali, Pdt. Willy Wibisono, Pdt. Setio Buwono., MA, Pdt. Ruben Sitorus
Pelmas: Pdt. Petrus Sunarso, Pdm. Tamsi hadi., S.Pd, Pdt. Paulus Tio, Pdm. hendy Gunawan
Hukum: Pdt. Yohanes Hendrik., SH
Musik - Pujian: Pdm. David Silas, Pdm. David Harahap., SE, Pdm. Daud Devi., S.Th,Pdm. Timotius Yason., M.Th
Investasi: Pdt. Indra Wijaya
Wanita: Pdm. Esther Supardi, Pdt. Veronica Lanny., S.Th, Pdp. Suliana
Pemuda - Anak: Pdm. Andreas Tri Kurniawan., SE, Pdp. Maria Ardianasari., S.Pd


Susunan Pengurus PGPI Kota Surabaya disesuaikan dengan SK yang ditetapkan oleh PGPI Jatim dan dilakukan Peneguhan / Pelantikan pada Tanggal 28 Pebruari 2009 di Rumah Makan "Double Happiness" Surabaya.

Pengurus Pentecost News

Penasehat: Pdt. DR. John Massie., M.Th, Pdt. Samuel G. Lontoh., Th.M, Pdt. Elia Bambang Djulianto, Pdt. Jonathan D. Sinambela., SH., Pdt. Richardo Nainggolan., S.Th
Penaggung-Jawab dan Redaksi: Pdp. Pdp. Joas Fenny J. Rundengan
Sirkulasi: Sekretariat PGPI Kota Surabaya